Seluruh pegawai Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mukti Lestari yang berlokasi di Desa Poncosari, Bantul turut serta melakukan usaha pilah sampah. Pun tak jarang mereka merasakan dampak buruknya. Tangan memerah gatal-gatal dan tidak sengaja terkena tusuk sate bahkan paku. Kelengkapan peralatan keamanan dalam melakukan pilah sampah menjadi hal yang pantang untuk disepelekan.

Pemilahan sampah tersebut merupakan salah satu bidang usaha dari BUMDes Mukti Lestari yang diberi nama Konco Pilah. ‘Konco’ sendiri berarti Konservasi Poncosari. Sebelum memulai aktivitas pemilahan sampah, pegawai Konco Pilah BUMDes Mukti Lestari biasanya mengenakan beberapa peralatan untuk menjaga keamanan mereka. Sarung tangan yang berbahan dasar lateks, celemek, sepatu boots, dan masker menjadi sahabat para pegawai setiap hari Senin hingga Sabtu.

            Selama enam hari itu, mulai pukul 12.00 siang hingga sekitar pukul 14.00 mereka mengenakannya. Berbeda lagi dengan pegawai yang melakukan penjemputan sampah di rumah-rumah warga. Mereka mulai mengenakan peralatan sejak pukul 09.00 pagi.

            Pada awalnya, beberapa pegawai merasakan gatal di tangan. Namun lambat laun akhirnya mereka terbiasa dan tidak lagi merasa gatal. Mereka betul-betul memilah segala sampah yang bermacam-macam wujudnya. Pun tak jarang sampahnya mengeluarkan bau tak sedap yang membuat Aminah, salah satu pegawai BUMDesa Poncosari, menyemprotkan parfum ke maskernya sebelum memilah sampah.

            Rasanya memang penuh kekhawatiran dan ketidaknyamanan ketika pertama kali memilah sampah. Siang itu motor Tossa pengangkut sampah akhirnya tiba di depo Konco Pilah. Sesekali tercium bau tak sedap dari karung yang baru saja sampai. Karena waktu itu beberapa pegawai menggunakan sarung tangan lateks yang tipis, rasa khawatir jika sarung tangan akan berlubang pun muncul. Kuman yang ada pada sampah kemudian bisa saja menempel pada kulit tangan pegawai jika itu benar terjadi.

            Hal itu benar pernah terjadi pada Ana yang juga merupakan pegawai di sana. Awalnya ia tidak merasakan dampak buruk akibat aktivitas ini. Namun setelah agak lama melakukan pemilahan sampah, punggung tangannya terasa gatal bahkan memerah. Sampai-sampai ia berobat dan akhirnya membeli salep agar kembali pulih. “Kayaknya ini akumulasi bakteri dari awal memilah sampah, dek, setiap orang kan kekebalan tubuhnya beda-beda. Ada yang sensitif ada juga yang enggak,” ungkap Ana. Tidak hanya Ana yang tangannya terdampak, Aminah juga merasakannya.

            Sesekali sarung tangan Aminah bolong akibat tak sengaja terkena tusuk sate ketika sedang memilah sampah dari karung. “Ya seperti ini sudah aman, tapi kadang sarung tangan bolong kena tusukan sate,” ujar Aminah lirih. Sampah yang ada di dalam karung kemudian menjadi kejutan bagi para pemilah. Sampahnya sangat beragam, ada yang berbahan plastik, kaca, besi, dan juga berwujud cair. Hampir mirip dengan dampak yang dialami Ana dan Aminah, Budi Suprayitno, penjemput sampah di rumah-rumah pelanggan pernah terkena paku saat memilah sampah.

            Meski begitu, Budi mengatakan bahwa dirinya sudah terbiasa bekerja seperti itu dan selagi bisa lebih cermat dan berhati-hati pasti hal itu tidak terjadi. “Sudah aman kok dengan menggunakan peralatan seperti ini,” ungkapnya sambil menunjukkan sarung tangan.

            Beberapa pegawai BUMDes Mukti Lestari memang menerima dampak buruk dari aktivitas pilah sampah. Mereka juga sudah meminimalisir dampak buruk tersebut dengan menggunakan peralatan keamanan beserta tata cara mencucinya yang benar. Selain itu, telah disediakan juga antiseptik. Mereka percaya bahwa cara tersebut sudah cukup dan memang semuanya perlu untuk beradaptasi. Namun tetap saja meski nantinya telah mampu beradaptasi, keamanan dan keselamatan pegawai harus terus dijaga dan pantang untuk disepelekan.