Terima Kasih Frau Anna!

credit: https://unsplash.com/@haakon


Halo-halo sobat DWNesia! Saya memang belum pernah nih ke Jerman tapi saya pernah belajar bahasa Jerman dan makan masakan khas Jerman. Jadi boleh dong saya menceritakannya? Hmm tapi karena ada pepatah yang mengatakan, ‘tak kenal maka tak sayang’, maka…. Perkenalkan dulu, saya Dhanty seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri di kota yang makanan khas-nya adalah gudeg dan bakpia. Ayo coba tebak di kota mana? Yap! Kota Yogyakarta, kota pelajar! Saya pun yakin pasti banyak sobat DWNesia yang sudah tahu dan ingin atau pernah berkunjung ke sini. Bagi saya, masa-masa SMA adalah momen yang paling berkesan dan bermakna. Selama tiga tahun bersama teman-teman di SMA saya menimba ilmu sekaligus mengumpulkan banyak pengalaman untuk bekal ketika lulus dari SMA. Ternyata benar, setelah lulus dari bangku SMA, pengalaman yang pernah dikumpulkan sangat berguna di kehidupan perkuliahan lho!

Salah satu dari pengalaman itu adalah berkesempatan mempelajari bahasa Jerman sebagai mata pelajaran di sekolah. Semua benar-benar dipelajari mulai dari nol. Dimulai dari belajar alfabet, angka, nama-nama hari dan bulan, hobi, serta perkenalan sewaktu di kelas satu SMA. Pengalaman ini menurut saya sangat berharga karena tidak semua sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta memberikan bahasa Jerman sebagai mata pelajaran bahasa asingnya. Saya juga senang sekali masuk di SMA impian saya, yaitu SMA N 3 Yogyakarta pada 2014 sekaligus diberikan kesempatan semenarik itu.

Sekolah saya ternyata memang bekerja sama dengan PASCH dan saya baru mengetahui hal itu saat berada di akhir semester ganjil kelas satu SMA. Saat itu saya dan teman-teman hendak melakukan ujian praktek olahraga dan tidak sengaja melihat papan ini di bagian depan pintu masuk lobby sekolah. Saya dan teman-teman yang mengendarai sepeda motor memang sangat jarang melewati pintu depan sekolah (sebelah selatan). Kami lebih sering melewati pintu timur yang memang lebih dekat dengan tempat parkir sepeda motor.

Mempelajari bahasa Jerman bagi kita tentunya tidak selalu mudah dan mulus. Begitu pun ketika mempelajari bahasa asing lainnya karena memang itu bukanlah “bahasa ibu” kita. Tetapi berkat pertemuan dengan guru bahasa Jerman saya, Frau Anna, selama enam semester yang lalu, menjadikan bahasa Jerman lebih menyenangkan dan santai untuk dipelajari. Menurut saya pribadi Frau Anna adalah guru yang sangat tegas dan disiplin. Meski begitu, beliau benar-benar memberikan perhatian dan mengerahkan tenaganya dalam mengajar mata pelajaran bahasa Jerman. Beliau selalu mengatakan bahwa mempelajari bahasa Jerman itu tidak sulit asalkan kita terus berlatih dan memperhatikan ketika kelas sedang berlangsung. Memang benar begitu adanya, dengan latihan yang selalu beliau berikan dan dengan memperhatikan ketika beliau mengajar, nilai-nilai ujian mata pelajaran bahasa Jerman saya cukup baik. Begitu pun dengan teman di kelas saya yang lainnya.

Nah salah satu materi dari mata pelajaran bahasa Jerman yang sampai detik ini, meskipun saya sudah jarang bersentuhan dengan hal itu, terus saya ingat. Apa sobat DWNesia tahu materi apa itu? Materinya digunakan kapan pun ketika menggunakan bahasa Jerman dan rasanya ada yang kurang apabila tidak digunakan. Jawabannya adalah penggunaan artikel die, der, dan das untuk nomen teman-teman! Feminim atau plural, maskulin, dan neutral. Dari adanya pembagian penggunaan artikel tersebut saya menyadari bahwa bahasa Jerman begitu rinci. Memisahkan antara benda yang neutral, feminim, dengan yang maskulin.  Selain penggunaan artikel, materi hobi dan pekerjaan juga menjadi favorit saya saat itu. Frau Anna sering berpesan kepada siswanya untuk tetap mempraktekan bahasa Jerman meskipun di luar jam kelas karena hal itu sangat penting untuk mempersiapkan ujian praktek sprechen di kelas tiga SMA.

Bekerjasamanya SMA N 3 Yogyakarta dengan PASCH benar-benar memberikan siswanya kesempatan untuk mempelajari bahasa Jerman secara leluasa nih sobat DWNesia! Salah satu keuntungannya yakni siswa bahasa Jerman di SMA saya dapat mengikuti ujian level tanpa dipungut biaya yang begitu besar. Apabila kita hendak mengikuti ujian level di luar sekolah biasanya biaya yang harus dikeluarkan lebih besar dibanding jika sekolah kita berafiliasi dengan PASCH. Nah…namun apabila kita tidak memanfaatkan keuntungan tersebut yang timbul pasti hanyalah penyesalan di akhir. Hal ini terjadi pada saya saat berada di bangku kelas dua SMA yakni saat level A1 telah selesai. Frau Anna sebenarnya selalu memberikan informasi terkait ujian sertifikasi level tersebut dan menjelaskan bagaimana prosedurnya untuk mendaftarkan diri.

Dua alasan yang sebenarnya sungguh sederhana akhirnya menghantarkan saya kepada sebuah penyesalan karena saya mengurungkan niat untuk mengikuti ujian sertifikasi level A1 tersebut. Saat itu saya merasa belum siap dan tidak lebih kompeten jika dibandingkan dengan teman saya lainnya yang memang sudah mendaftarkan diri. Rasa pesimis seakan-akan melahap habis pikiran saya saat itu. Selain hal tersebut, saya juga sempat kebingungan bagaimana caranya untuk memberitahu Ibu mengenai niat saya mengikuti ujian sertifikasi level bahasa Jerman. Lebih tepatnya sih saya tidak berani untuk meminta uang biaya ujian level kepada Ibu, hehehe.. Pada intinya diri saya bagai diselimuti dengan rasa takut dan rasa tidak percaya diri. Jangan dicontoh ya sobat DWNesia! Hihihi..

Waktu tentu terus berjalan sampai akhirnya tiba hari di mana ujian dilaksanakan. Rasanya sungguh menyesal, seharusnya saya memberanikan diri saja untuk mengatakan pada Ibu. Ditambah lagi dengan melihat foto-foto para peserta yang terlihat sangat seru karena siswa pelajar bahasa Jerman banyak berkumpul pada hari itu. Di situ… mendapat pengalaman sudah jelas, apalagi teman baru, tentu menjadi sebuah bonus. Namun entah bagaimana bisa meskipun saya melewatkan ujian sertifikasi level tersebut, Frau Anna lagi-lagi memberikan siswanya kesempatan dari Jerman Fest 2015 untuk mengikuti sebuah workshop sekaligus berkesempatan menonton band asal Jerman yaitu EINSHOCH 6! Tentu saja yang satu ini tidak akan saya lewatkan. Saya langsung menghubungi Frau Anna untuk mendaftarkan diri.

Workshop dari Jerman Fest dilaksanakan pada 5 Oktober 2015 di ruang audio visual sekolah saya. Tidak hanya siswa sekolah saya yang menjadi pesertanya, tetapi juga siswa dari SMA lain yang berada di luar Kota Yogyakarta. Semua kegiatannya berbahasa Jerman yang diisi langsung oleh anggota band EINSHOCH 6 dan pihak Goethe, serta didampingi oleh guru-guru bahasa Jerman. Terdapat juga beberapa dokumentasi yang diabadikan oleh fotografer acara di laman Facebook Jerman Fest. Ini dia utasannya sobat DWNesia:


Usut punya usut nih sobat DWNesia, ternyata, malam setelah diadakannya workshop, para peserta diundang untuk makan malam bersama di Frankwurst Bavarian Restaurant. Yap benar! Restoran khas Jerman! Saya benar-benar lupa masakan apa saja yang akhirnya masuk ke dalam perut saya karena terlalu kalut dalam suasana yang meriah.
Nah kalau sobat DWNesia ingin tahu seperti apa restorannya, ini dia, ada di laman di bawah ini:

Restoran itu ternyata dipesan penuh untuk acara Jerman Fest 2015. Benar-benar tidak ada yang lebih menyenangkan dari menyantap makanan khas Jerman bersama teman-teman baru dan menikmati secara langsung musik oleh EINSHOCH 6. Semua masakan terlihat enak dan semua orang terlihat begitu menikmati acaranya! Ini adalah foto saya bersama teman sekolah saya saat menghadiri makan malam di sana. Coba tebak di sebelah mana saya? Hahahaha! Di acara malam itu, saya dan teman-teman sekolah bertemu banyak siswa lain yang berasal dari beberapa kota di Indonesia seperti Bali, Magelang, dan suatu daerah di Sumatera serta daerah lainnya! Hehehe sebuah momen yang menyenangkan dan tak terlupakan.

Keesokan harinya, 6 Oktober 2015, saya dan teman-teman sekolah bersiap untuk datang ke konser musik EINSHOCH 6. Lagu mereka mulai dimainkan sekitar pukul tujuh malam. Konser ini ternyata dibuka gratis untuk umum jadi siapa saja bisa datang langsung ke Gedung Grha Sabha UGM untuk bernyanyi bersama. Keramaian mencapai puncaknya ketika band memainkan lagu ‘Es gefällt mir’. Tentu saja suasana ramai karena lagu itu lah yang sering diajarkan oleh EINSHOCH 6 kepada para pesertanya saat workshop hahaha! Nah ini adalah bagian dari lagu yang sangat saya ingat karena memiliki arti yang bagus:

Lass alles stehen und ich fliege los
Fühle mich leicht und schwerelos
Ich träum mich weg und fühl mich frei
Ich hebe ab, bist du dabei?

Suasana pecah saat lagu ini dimainkan dan gedung digemakan oleh para penonton yang bernyanyi bersama. Oh iya sobat DWNesia, Frau Anna benar-benar guru bahasa Jerman yang sangat baik dan tiada hentinya dalam memberikan siswanya kesempatan yang berkaitan dengan Jerman. Pada Februari 2016, berkat informasi dari beliau, saya dan keempat teman saya tergabung dalam satu tim untuk mengikuti lomba membuat video yang bertemakan ‘Mein Traumjob’. Kami berlima memutuskan untuk memilih ‘die Kameramann’ sebagai cita-cita kami! Meskipun akhirnya kami tidak memenangkan lomba tersebut, banyak sekali pengalaman yang didapatkan dalam proses pembuatan videonya! Terima kasih banyak Frau Anna atas segala kesempatan yang telah diberikan kepada kami para siswa-siswamu.

Berikut tautan proyek video lomba kami jika sobat DWNesia mau menonton!

This was a submission to a writing competition held by DW Indonesia