Image source: Unsplash via @molliesivaram |
Sejak Covid-19 mengharuskan banyak orang beraktivitas dari rumah, aku, beberapa temanku, dan sanak saudaraku tiba-tiba jadi super rajin binge-watch Drama Korea (drakor). Tapi memang benar, lo, sejak saat itu rasanya semua orang mulai berlangganan Netflix untuk menonton drakor terutama 'Reply 1988' dan 'Itaewon Class'. Nggak pandang usia dan nggak cuma perempuan, para lelaki pun ramai-ramai menghabiskan banyak waktu untuk mengejar tiap episodenya.
Entah di episode nomor berapa, tapi aku sangat yakin di dalam drama Korea pasti selalu ada scene di mana para pemeran menyantap lezatnya makanan Korea. Makanan yang paling sering muncul itu biasanya sih, kalau nggak ramen dan sup rumput laut ya Korean BBQ. Kebayang banget, sih, nikmatnya kaya apa. Setiap ada scene itu muncul, duh bawaannya pengen nimbrung makan bareng. Tiba-tiba usus bergejolak bunyi-bunyi.
Sebenarnya makanan Korea yang cukup terkenal nggak cuma yang tadi aku sebut, sih. Ada juga Japchae yang mirip banget sama oseng bihun yang ada di warteg, haha! Bedanya cuma terletak di bahan-bahannya mungkin ya..
Image source: Unsplash via @foodiesfeed |
Karena batas kesabaran pengen icip-icip masakan Korea sudah mentok, beberapa waktu lalu aku memutuskan untuk pergi makan di suatu restoran Korea 'Seo Rae'. As far as I know, sebelum menginjakkan kaki di sana, Seo Rae itu restoran untuk makan Korean BBQ. Tapi setelah di-briefing (ceilah briefing~) sama sepupu aku, ternyata si restoran ini juga menyediakan masakan Korea dengan menu a la carte alias menu per jenis masakan gitu.
Jangan sampai ada yang dalam hatinya bilang, "Ini masih pandemi kok keluar rumah, sih?" atau kalimat lain yang senada, ya.
Aku dan sepupuku tetap mematuhi protokol kesehatan, kok. Kami berdua duduk di meja yang paling jauh dari pelanggan lain. Jauh-jauh hari aku sudah menabung, jadi aku sudah sangat siap lahir dan batin kalau ternyata harga menunya cukup tinggi. Dan ternyata memang benar, harganya lumayan tinggi. Tapi ada harga ada barang, jadi tenang aja, yaa~
Makan malam waktu itu kami berdua sepakat untuk memesan tiga menu untuk disantap bersama. Kami memesan Japchae, Seafood Ramyeon, dan Korean Spicy Crispy Chicken. Di antara ketiganya, Japchae yang paling mahal, sekitar 78 ribu rupiah. Harga per porsi Ramyeon dan Crispy Chicken sekitar 60 ribu rupiah. Ada harga ada barang, porsinya besar dan tentunya nyaman di lidah. Definisi comfort food, sih.
Karena restoran itu terletak dalam mall, selesai makan kami memutuskan pergi ke Miniso membeli set sumpit. Hari itu jadi hari paling impulsif karena setelah membeli sumpit kami berdua lanjut belanja bermacam-macam mi instan korea termasuk ramyeon di supermarket. Nonton drakor itu nggak afdol kalau nggak sambil makan ramyeon instan!
Hari itu rasanya benar-benar membahagiakan. Entah mengapa, mencoba masakan yang baru pertama dirasakan lidah merupakan salah satu momen yang selalu aku kenang. Bagiku ketika berkeliling ke kota-kota, aktivitas yang paling fundamental dilakukan itu berkuliner. No debat!! Melalui warung makan hoppin' aku bisa berkenalan dengan cita rasa baru sekaligus penjajanya. Momen paling mengesankan saat berkuliner adalah berkesempatan untuk bertemu orang-orang baru yang ramah.
Di sebuah restoran sehat (vegan cafe) di Sleman, Yogyakarta pernah juga aku dan teman kulinerku bertemu dengan sepasang suami-istri yang ternyata juga memiliki hobi kulineran. Kami ngobrol ngalor-ngidul hanya membahas gudeg yang paling enak dan terfavorit di Yogyakarta.
Punya hobi kuliner jadi salah satu faktor utama yang memotivasi aku untuk semangat menabung. Ya tau, kan, gimana susahnya nabung.. Karena aku bukan content creator yang pekerjaannya mengulas sebuah kafe atau restoran, maka aku harus terus menabung demi kelancaran food hoppin'-ku ini haha! Itu juga karena cita-citaku di hari tua nanti adalah keliling dunia dan kulineran jadi aktivitas yang hukumnya fardhu ain' saat traveling..
0 Komentar